Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Bertemu Totto-chan dalam novel The Little Girl at the Window

Gambar
Tetsuki Kuroyanagi atau kerap dipanggil dengan nama Totto-chan merupakan dari penulis novel ini. Seorang gadis cilik yang harus dikeluarkan dari sekolahnya di usia 7 tahun karena para guru di sekolah menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya karena didorong akan rasa keingintahuan yang besar tentang sesuatu dan hal tersebut dipandang aneh oleh mereka jika dibandingkan dengan teman-temanya. Mama Totto-chan pun tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain. Dimana sekolah tersebut bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan diri dengan orang lain. Setelah melakukan pencarian tentang sekolah Tomoe Gakuen akhirnya sang mama menemukan sekolah yang pantas untuk putrinya dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Alasan mengapa mama Totto-chan memilih Tomoe Gakuen adalah sistem pendidikan di Tomoe Gakuen sangat berbeda dengan sekolah konvensional lainnya. Di sana, murid-murid boleh mengubah urutan pelajaran sesuai dengan minat m...

Resensi cerpen Maihime (Sang Penari) karya Mori Ogai

Pengaruh barat terhadap prosa modern tentunya tidak dapat ditampik kehadirannya. Seringkali kita dijumpai oleh unsur barat dalam karya sastra modern Indonesia. Perkembangan zaman tentunya membuat pemikiran manusia juga ikut terpengaruh. Pola cerita, latar, tema, hingga plot juga semakin beragam. Tidak satu dua kali unsur barat juga dimasukkan dalam karya sastra. Tidak hanya dalam prosa modern Indonesia, dalam prosa modern Jepang juga mengandung pengaruh dari barat. Cerpen Maihime (Sang Penari) karya Mori Ogai menjadi salah satunya dan akan dibahas dalam tulisan kali ini.         Cerita pendek ini menceritakan tentang Ota Toyotaro, seorang pemuda lulusan Universita ternama di Jepang yang mendapat kesempatan untuk belajar di Jerman seperti apa yang diimpikannya. Dengan dalih tugas untuk mengenyam pendidikan ia hanya menyibukkan diri dengan belajar dan belajar tanpa ada waktu untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri. Sampai ada berita buruk yang menimpanya bahwa ia din...

Bentuk Bandingan dalam Cerpen Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari dan Gadis Buruk Rupa dalam Cermin

Pembacaan dalam karya sastra seringkali menimbulkan perspektif baru dalam diri pembaca. Membaca karya sastra tidak hanya digunakan menentukan akhir atau isi dari karya tersebut melainkan menjadi tonggak pembaca melatih kepekaan terhadap fenomena sastra yang dihadirkan. Tidak jarang, fenomena sastra yang dihadirkan kerap kali dirasa tidak asing dengan karya sastra lainnya sehingga menimbulkan polemik tertentu bagi pembaca. Jika melihat dari teori intertekstual yang memandang bahwa tidak ada sebuah teks yang sungguh-sungguh mandiri. Hal tersebut dapat dijumpai pada pembacaan cerpen Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari karya Intan Paramaditha dan Gadis Buruk Rupa dalam Cermin karya Guntur Alam. Dalam pembacaan kedua cerpen tersebut, terdapat beberapa kemiripan yang dihadirkan seperti aspek feminis, bentuk dekonstruksi, dan mengangkat latar cerita dari legenda dongeng. Secara tersirat hal tersebut dapat menjadi subjek dalam sastra bandingan.          Dalam perspektif ...