Resensi cerpen Maihime (Sang Penari) karya Mori Ogai
Pengaruh barat terhadap prosa modern tentunya tidak dapat ditampik kehadirannya. Seringkali kita dijumpai oleh unsur barat dalam karya sastra modern Indonesia. Perkembangan zaman tentunya membuat pemikiran manusia juga ikut terpengaruh. Pola cerita, latar, tema, hingga plot juga semakin beragam. Tidak satu dua kali unsur barat juga dimasukkan dalam karya sastra. Tidak hanya dalam prosa modern Indonesia, dalam prosa modern Jepang juga mengandung pengaruh dari barat. Cerpen Maihime (Sang Penari) karya Mori Ogai menjadi salah satunya dan akan dibahas dalam tulisan kali ini.
Cerita pendek ini menceritakan tentang Ota Toyotaro, seorang pemuda lulusan Universita ternama di Jepang yang mendapat kesempatan untuk belajar di Jerman seperti apa yang diimpikannya. Dengan dalih tugas untuk mengenyam pendidikan ia hanya menyibukkan diri dengan belajar dan belajar tanpa ada waktu untuk meluangkan waktu untuk diri sendiri. Sampai ada berita buruk yang menimpanya bahwa ia dinyatakan dipecat dengan alasan atasannya mendengar beberapa rumor yang dilayangkan kepada Ota. Pemecatan tersebut membuat Ota diharuskan untuk segera kembali ke negara asal. Dia tidak ingin pulang dengan nama yang sudah tercoreng dan ia ingin menetap dengan gadis yang ditemuinya di pintu gereja. Keputusannya jatuh dengan tetap menetap di Jerman bersama kekasih di rumah tempat gadis itu tinggal bersama ibunya. Mereka hidup di bawah kemiskinan dengan tawa sampai akhirnya Ota bertemu dengan seorang yang ia anggap sahabat. Aizawa Kenkichi, membantunya untuk bangkit dengan menawarkan pekerjaan untuk menulis artikel hingga pada saat musim dingin tiba, Ota mendapat surat dari Aizawa bahwa ia dipanggil oleh menteri Amakata. Pertemuan antara Ota dan menteri Amakata tersebut ternyata dalih agar Ota mau menjadi penerjemah menteri. Tanpa basa-basi dan ingat tentang kekasih, Ota langsung mengangguk setuju. Keputusan tersebut membuatnya meninggalkan kekasih dalam beberapa waktu. Hubungannya dengan kekasih layaknya pasangan yang saling merindu hingga saat itu ketika Ota sedang bertugas, ia mengetahui bahwa kekasihnya tersebut sedang sakit. Ibu gadis itu berpendapat bahwa beberapa gejala yang dialaminya adalah tanda kehamilan. Pikiran Ota pun semakin bising dengan pernyataan tersebut. Benang dalam kepalanya semakin kusut ketika tahu bahwa kekasihnya meman sedang hamil dan terlihat sangat senang berita tersebut. Berbeda dengan Ota yang gamang ditambah bahwa ia juga sudah mengiyakan tawaran menteri Amataka untuk kembali ke negara asal.
Pengaruh dari barat sangatlah terlihat dari awal. Bagaimana penggambaran perjalanan Ota menuju Jerman dan penjelasan mengenai kehidupannya selama di Jerman. Ota yang ditugaskan untuk belajar mengenai dunia luar agar dapat memanfaatkannya di negara asal lalu dipecat hingga bertemu dengan seorang gadis menggambarkan paham realisme yang mempengaruhinya. Gambaran kondisi tokoh dalam keseharian dengan dibumbui romantisme serta konflik batin yang dialami oleh tokoh utama adalah salah satu bukti bahwa pengaruh barat mempengaruhi prosa modern ini. Latar yang dipilih serta paham aliran yang menyertai menjadikan cerpen ini tidak terlihat berasal dari Jepang. Hanya unsur nama dan lainnya hampir penuh oleh unsur luar. Namun, saya membaca cerpen ini ketika sudah diterjemahkan jadi opini terakhir mungkin saja salah.
Komentar
Posting Komentar