Bertemu Totto-chan dalam novel The Little Girl at the Window

Tetsuki Kuroyanagi atau kerap dipanggil dengan nama Totto-chan merupakan dari penulis novel ini. Seorang gadis cilik yang harus dikeluarkan dari sekolahnya di usia 7 tahun karena para guru di sekolah menganggap Totto-chan nakal. Padahal gadis cilik periang itu hanya karena didorong akan rasa keingintahuan yang besar tentang sesuatu dan hal tersebut dipandang aneh oleh mereka jika dibandingkan dengan teman-temanya. Mama Totto-chan pun tak bisa berbuat apa-apa selain menyekolahkan anaknya ke sekolah lain. Dimana sekolah tersebut bisa memahami dan mengajari putrinya menyesuaikan diri dengan orang lain. Setelah melakukan pencarian tentang sekolah Tomoe Gakuen akhirnya sang mama menemukan sekolah yang pantas untuk putrinya dan ia pun mendaftarkan Totto-chan ke Tomoe Gakuen. Alasan mengapa mama Totto-chan memilih Tomoe Gakuen adalah sistem pendidikan di Tomoe Gakuen sangat berbeda dengan sekolah konvensional lainnya. Di sana, murid-murid boleh mengubah urutan pelajaran sesuai dengan minat mereka masing-masing. Ada yang memulai dengan belajar berhitung, ada yang memilih menggambar tergantung minat bidang yang mereka inginkan. 

Hari demi hari dilewati Totto-chan dengan kegembiraan hingga datang peristiwa yang tak terduga. Ia dan teman-temannya tak menyadari bahwa perang pasifik sudah pecah dan semua terjadi pada malam hari. Banyak bom yang dijatuhkan pesawat B29 menimpa gerbong-gerbong kelas mengakibatkan sekolah Tomoe ludes dimakan api yang berkobar menghancurkan semuanya. Totto-chan tak pernah tahu bagaimana perasaan kepala sekolah saat melihatnya, tapi yang ia tahu hatinya merasa sesak saat tahu keinginannya untuk menjadi guru di sekolah Tomoe juga ikut hancur.

 
Novel ini masuk dalam salah satu sastra anak Jepang. Dengan terjemahan yang mudah untuk dipahami atau dalam artian bahwa susunan kata yang rapi dengan tata bahasa yang tepat membuat novel ini dapat dibaca ketika waktu senggang. Alur yang ringan dengan dilengkapi konflik yang jika ditilik lebih masuk dalam konflik yang lumayan berat dihadirkan oleh penulis. Pentingnya pendidikan karakter yang harus dimulai sejak usia dini seperti bagaimana anak-anak harus membuang sampah ditempatnya, mengantri, berbagi dengan teman, saling membantu dan peduli dengan lingkungan sekitar, dan menghormati orang yang lebih tua. Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu dalam proses belajar mengajar dalam pendidikan anak usia sekolah dasar berbeda dengan anak-anak usia sekolah menengah. Para murid sekolah dasar lebih senang belajar dengan metode yang berbeda dengan metode belajar yang menyenangkan dan tidak monoton. Minat dalam individu anak juga harus didukung dalam lingkungan sekitar agar anak tersebut dapat memahami penuh bakat minat yang ada dalam dirinya. Banyaknya bagan dengan mengandung halaman yang sedikit mungkin membuat sebagian orang yang membaca akan mudah bosan. Sehingga pembacaan cerita terasa singkat dan merasa tidak puas. Namun, dari segi keunggulan jelas memimpin sehingga calon pembaca tidak perlu berpikir dua kali untuk membaca novel ini.

Mama merasa khawatir karena Totto-chan pernah dikeluarkan dari sekolah, meskipun dia baru mulai bersekolah. Sungguh aneh, baru kelas satu SD sudah dikeluarkan dari sekolah. Kuroyanagi, 2004: 12. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bentuk Bandingan dalam Cerpen Perempuan Buta Tanpa Ibu Jari dan Gadis Buruk Rupa dalam Cermin

Resensi cerpen Maihime (Sang Penari) karya Mori Ogai