Lonely; merasa kecil dengan posisi paling belakang
Lingkaran kusut batin, pertemanan, hingga perjalanan akademik sangat menguras energi. Saat ini, hari Kamis dengan langit cerah dan lembutnya cahaya ditemani lantunan bertajuk Lonely karya RM BTS. Merasa rendah diri sepertinya masuk hal manusiawi atau sudah dinormalisasi? Kehilangan teman memang sudah sudah biasa, tapi kalau punya teman yang selalu membuatmu kesal juga tidak enak. Berulang kali dan tetap memaksa ceria karena sungkan. Ada juga teman satunya yang selalu terlambat dan juga membuat kesal. Namun, dia selalu juara. Kadang iri karena meskipun dia membuat salah tetapi dunia tetap mendukungnya. Kalau saja hal itu terbalik denganku pasti beda hasilnya. Apa harus menyerah? Tentu tidak, tapi jadikan itu semangat.
Tentang merasa kecil. Sudah kecil, terbelakang pula. Pernah? Tentu saja pernah. Saya. Berjalannya semester yang dirasa tetap dalam lingkaran itu-itu saja. Penyesalan juga sudah menuju ambang batas dan tidak yakin bagaimana kehidupan besoknya. Takut.
Saat liburan semester, mencoba produktif untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mengikuti kursus online, mendaftar magang, bangun lebih pagi, mandi pagi, belajar bahasa asing, dan lainnya. Tapi tetap saja ketika melihat sekitar, pohon teman sudah rindang dan tumbuh sempurna. Keadaan pohonku? Masih tetap kekurangan pupuk dan sinar matahari. Bertanya-tanya dalam kepala sendiri, apa ini faktor suka k-pop? Apa ini normal? Apa harus lebih sering positive thinking? Jawabannya adalah tidak. Setelah evaluasi diri, yang menjadi alasan utama terberat adalah rasa malas. Manusiawi bukan? Tapi kalau selalu mencari alasan dengan menyematkan kata manusiawi juga malah menjadi normalisasi saja. Berhenti. Boleh malas tapi ada batas. Kataku yang sedang rebahan.
Permasalahan utama, malas. Kedua, terlalu menyepelekan sesuatu. Sering mengeluh karena merasa terbelakang, tidak punya teman, tidak bisa melakukan ini itu, tapi selalu menyepelekan hal tersebut dengan dalih "Halah, nanti."
Lalu kapan? Hanya menggulirkan timeline sosial media dan rebahan saja sudah bilang capek. Memasang to-do list rasanya juga tidak mempan. Terus harus apa? Ya, bergerak. Percuma membuat to-do list tetapi hanya rebahan tanpa dikerjakan. Membuat plan dalam sehari, menjadi pilihan utama saat ini. Pulang kuliah harus segera mandi, mengerjakan tugas untuk besok, membaca buku, menyempatkan menulis, dan bermain twitter ketika malam tiba. Untuk yang terakhir penting karena biasanya kalau sudah malam, laman twitter semakin ramai dengan pertikaiannya. Tidak selalu, tapi cukup menghibur.
Ini memang bernamakan journal. Satunya menulis resensi dengan dalih reading journal dan ini menulis sambatan dengan dalih journal bentuk motivasi diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar